Lihatlah, betapa
anak-anak zaman sekarang ‘berbeda’ dalam segala hal dengan kita ketika kecil
dulu. Ya, dahulu kita –orangtua sekarang- saat kecil tidak mengalami
smartphone, sedangkan sekarang siapapun bisa menikmatinya; orangtua, orang
dewasa, para remaja, dan anak-anak. Dahulu, sewaktu kecil kita hanya sebatas
menikmati permainan alam manual semisal Boi-boian, Congklak, Egrang, Engklek, Gatrik,
Layangan, Karet, Kelereng, Petak Umpet, dan Slodor. Sekarang? Sekarang permainan
tersebut di atas sudah tak lazim dimainkan, setidaknya langka. Mereka lebih
asik masyuk menikmati game-game canggih dari layar pintar semisal Angry Birds,
Five Nights at Freddy’s, Plants vs Zombies, Metal Slug Defense, Racoon Rising,
Naughty Kitties, Real Racing, Happy Street, Despicable Me, Stack Rabbit, Papa
Pear Saga, dan lain-lain.
Peralihan masa
di atas tentu fenomena yang wajar. Setip zaman akan mengenang masanya
masing-masing. Setiap generasi memiliki ciri khas yang berbeda dengan lainnya,
termasuk di dalamnya pola asuh dan perkembangan anak itu sendiri. Pola asuh atau
pola interaksi zaman dahulu, yang di dalamnya belum merebak –bahkan belum
muncul- smartphone, tidaklah sama dengan pola asuh kekinian. Namun, kesemua
itu, setiap orangtua pasti menginginkan anaknya berkembang dengan baik dan
menjadi manusia yang berguna. Karena pada dasarnya, anak adalah sebuah amanat
dari Sang Pencipta. Keberadaannya di dunia bertujuan untuk memberi orangtuanya
peran sekaligus tanggung jawab. Pola asuh dan pengajaran yang ditransfer
orangtua kepada anaknya akan membentuk sikap, karakter dan kepribadian anak.
Baik akan menumbuhkan kebaikan, pola asuh buruk juga akan membuahkan karakter
buruk pula. Sebuah ungkapan populer berbunyi setiap anak terlahir dalam keadaan
fitroh (suci), tergantung orangtua
sebagai pendidik akan menjadikannya berjalan di rel utara atau berkelana di rel
selatan. Bi*anku.com juga menuturkan demikian, bahwa Setiap anak yang dilahirkan ke dunia, datang
dalam keadaan suci, polos dan tidak tahu apa-apa, bak sebuah kertas putih yang
bersih. Anak-anak yang baru saja dilahirkan belum dibekali kemampuan apa-apa
selain kemampuan motorik untuk membuka kedua matanya dan menerima rangsangan dari
luar, seperti sentuhan, ciuman, tiupan dan lain sebagainya. Adalah tugas
orangtua dalam mengenalkan anak pada banyak hal dan memberikan pendidikan baru
agar bisa belajar dengan lebih baik sehingga mereka menjadi serba tahu. Maka tidaklah
heran jika pepatah mengatakan ‘buah takkan jatuh jauh dari pohonnya’.
Pola asuh atau
pola interaksi menurut hemat penulis adalah suatu
sistem yang diterapkan dalam menjaga, merawat dan mendidik seorang anak yang
bersifat relatif konsisten dari
waktu ke waktu. Metode
pola asuh atau pola interaksi, dewasa ini sangatlah banyak dan menawarkan
beragam inovasi serta variasi. Salah satunya adalah pola asuh otoritatif, pola
asuh yang saat ini penulis idam-idamkan. Orangtua otoritatif yaitu orangtua yang memberikan kebebasan kepada anak
namun tetap dalam koridor bimbingan dan pengarahan kepadanya. Orangtua
otoritatif akan lebih memberikan pengertian dan arahan terhadap apa yang
dilakukan anak katimbang melarang, menjudge, apalagi membanding-bandingkan. Orangtua
bersikap objektif dan lebih sering berdialog dengan anak termasuk dalam membuat
kesepakatan keluarga. Orangtua akan menjawab pertanyaan anak dengan bijak dan
lebih terbuka. Serta akan lebih bersikap hangat dan penuh kasih sayang kepada
anak. Maka,
pada perkembangannya anak akan tumbuh cerdas dan membuat papah mamahnya puas. Contoh riil metode di atas antara lain memberikan tanggung jawab, kepercayaan, dan
kesempatan kepada anak untuk berusaha mandiri dan melibatkannya dalam aktivitas sehari-hari, semisal
membantu merapikan mainan sehabis ia bermain, menyiapkan buku sekolah, bermain
gadget, dan contoh lainnya. Hal tersebut konon akan menumbuhkan perasaan bahwa
dia merasa bisa dan –yang lebih penting- juga untuk melatih kemandirian anak.
Tentu dampak yang ditimbulkan dari pola asuh di atas membuat anak cerdas dan papah mamahnya puas.
Namun,
perkembangan teknologi khusus di bidang gadget sedikit banyak menstreskan orangtua. Gadget dengan segala
kecanggihan fitur yang menyertainya di samping menarik hati orangtua dan kawula
remaja, kini merambah pada rasa kepincut anak-anak. Sebagian orangtua
menganggap hal ini mengkhawatirkan. Sebagian yang lain menganggapnya wajar.
Namun, penulis tegaskan bahwa kedua anggapan di atas tidak perlu
dibesar-besarkan, karena baik yang khawatir maupun yang menganggapnya wajar, akan
memunculkan variasi-variasi jawaban. Dan jawaban dari optimisme barusan adalah
produk Acer Liquid Z320 dengan beragam varian konstruktifnya.
Dituturkan dari
tre*te*no.com, Acer Liquid Z320 muncul dengan dibekali mode ‘Fitur Kids Center’. Sebuah mode yang
berisi fitur penjawab kekhawatiran orangtua terhadap bahaya gadget terhadap
perkembangan anak. Fitur dalam mode canggih ini bisa diatur sesuka selera oleh
orangtua. Mode ini bisa diaktifkan kapanpun dan dilindungi oleh password,
sehingga terjaga dari kecerobohan anak-anak dan memudahkan realisasi pola asuh
otoritatif dengan memberinya tanggung jawab, kepercayaan, dan kesempatan dalam
bermain gadget. Fitur ini, menurut pihak Acer, bertujuan agar anak-anak hanya
bisa mengakses konten, aplikasi, game, dan web yang sesuai dengan usia mereka.
Tentu dengan adanya fitur ini anak-anak terlindungi dan terhindar dari
konten-konten berbahaya. Hebat, kan?
Pada dasarnya
mode fitur kids center ini memiliki ribuan konten. Namun, secara umum terbagi
menjadi empat (4):
a.
Save Environment. Save
Environment berguna mengatur radiasi karena pengaruh smartphone agar tidak
terlalu tinggi. Layar Acer Liquid Z320 pun cukup ramah untuk mata karena
terdapat aplikasi Blue Light Shield;
Sebuah aplikasi pengontrol banyak sedikitnya cahaya biru yang muncul pada layar
ponsel.
b.
Controlled Browsing. Controlled
Browsing berfungsi mencegah anak mengakses situs-situs berbahaya dan
tidak sesuai dengan usianya.
c.
Content video dan game khusus anak. Konten yang berisi varian video dan game
kekinian yang relevan dengan usia anak.
d.
Fitur Creativity. Fitur
Creativity merupakan aplikasi canggih untuk mengasah kreativitas anak semisal
mewarnai dan menggambar.
Menurut de*ik.com,
Acer Liquid Z320 diklaim sebagai ponsel sederhana namun berperforma prima dan amat
fungsional. Acer Liquid Z320
juga merupakan ponsel pintar dengan misi konstruktif dan turut mencerdaskan
anak bangsa. Lalu, alasan apalagi Anda tidak segera memilikinya.